Untukmu,
Hay, apa kabar kau (nanti) ? Bukankah pada setiap surat selalu menanyakan bagaimana kabar? Mengapa kutulis nanti? Karena aku tak akan pernah lagi tahu kabarmu setiap hari. Ya, aku pun baru saja mampu menulis surat untukmu saat ini karena sebelum ini ada gejolak batin dan pikiran bahkan aku tak terdaftar seperti pengirim surat cinta lainnya. Mungkin aku selundupan, tapi apapunlah itu yang penting aku ingin menuliskan surat untukmu.
Kekasih, (apa masih boleh aku menyebutmu kekasih?) malam ini saat hati yang dulu jatuh karena cinta telah jatuh lagi dan kini ia patah. Ya, maafkan untuk keterlambatanku. Keterlambatan untuk memahamimu, keterlambatan untuk mengetahui kesalahanku yang terlampau menyakiti hatimu, dan maafkan untuk segala apa apa yang belum bisa aku berikan padamu. Aku tak mampu melerai perasaanku sendiri. Kali ini pada musim yang sama segala bahagia yang pernah ada perlahan sirna bersamaan dengan lara yang menyeruak masuk dalam duka. Oh, kekasih biarkan aku lancang mencintaimu kembali sekalipun kau sudah tak sudi peduli. Maafkan jika tanpa sadar aku melukaimu dengan diam dan bungkamku itu.
Aku akan memberitahumu, surat ini sangat berantakan sekali. Berulang kali aku menghapus banyak kalimat, sering sekali aku tertegun beberapa detik untuk mengingkari apa yang telah terjadi, dan aku masih berani menguraimu dalam hati ketika garis merah di hatimu telah aku langgar kemudian usai sudah segalanya.
Malam ini lagu dari Bruno Mars yang dicover oleh Boyce Avenue ft. Fifth Harmony kuputar berkali kali. Lagu ini berjudul “When I was Your Man” ah, mungkin yang tepat untukku adalah “When I was Your Girl”. Memang tak sepenuhnya lirik di lagu itu menggambarkan bagaimana kita tapi ada beberapa lirik yang membuatku ditampar nestapa. Hingga di jalanan yang basah oleh guyuran hujan akhirnya tangisku pecah juga padahal dengan sekuat tenaga kutahankan bulir bulir air mata dan meyakinkan diri bahwa aku kuat menghadapi ini. Masih banyak sesungguhnya yang ingin kuutarakan padamu melalui surat ini namun....ah, sudahlah cukup sekilas saja nanti kau muak jika terlalu banyak membaca tulisanku yang tak beraturan ini.
Kekasih, maaf jika surat ini nanti hanya sampai padamu berupa doa dengan alamat bertulis namamu.
RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena
0 comments