Thursday, October 8, 2015

Maafkan Kebungkamanku

Maafkan Kebungkamanku

Sore ini jalanan basah terguyur air angkasa yang memendungkan awan. Aku tak kuasa menahan sesak di dada, sudah berulang kali aku meyakinkan diri bahwa aku baik baik saja dengan keadaan ini tapi perasaan yang kemalut ini tak mampu menyangkali.

"Ris, pakai jas hujan ta?" Kartika di depan kemudi sepeda motor
"Ris!"

Mataku yang memanas lalu terkesiap

"Kenapa?" Tanyaku pada Kartika
"Hujan nih pakai jas hujan ta?" Kartika sedikit mengeraskan suaranya.
"Iya udah." Aku hanya menjawab singkat.

Mungkin kepalaku perlu diguyur hujan sebab penat semakin membabi buta, liburan di kota yang mampu memberi kesejukan nyatanya tak mampu mengusir pikiranku atas dirimu. Seharusnya aku juga membiarkan badanku hujan hujan lalu kutadah air angkasa itu di kelopak mataku yang terbuka agar tak semakin memanas atau hanya sekadar menyembunyikan tangis yang
mungkin sewaktu waktu pecah diperjalanan.

"Ini gimana tasnya?" Kartika sibuk meletakkan tas tas ke trotoar tempat kita menepi.
"Kamu pakai jas hujannya dulu aja." Aku memberikan jas hujan yang sudah siap pakai kepada Kartika kemudian dengan pikiran buyar aku membenahi tas tas yang kami bawa saat liburan. Untung saja tas tas itu tak ikut berantakan.
"Udah ya, naik gih." Kartika sudah berada di depan kemudi kembali.

Aku bergegas naik ke sepeda motor dengan tas dipunggungku dan dua tas selempang salah satunya berisi kamera SLR. Bajuku sudah mulai basah sebenarnya namun aku acuh saja. Kartika mengemudi dengan cukup kencang meski aspal tak semuanya mulus, pun licin oleh air hujan. Mungkin tak semulus perasaanku pula kepadamu kekasihku dan licin sekali rasanya mengerti jalan pikiranmu. Aku tak paham sampai saat ini mengapa kita berdua diam. Pesan yang kukirimkan padamu seakan abai saja bagimu. Entah kau sibuk atau memang tak ingin membalasnya. Seorang sahabat menyarankanku untuk meneleponmu. Kekasihku, aku tak seberani itu. Mendengar suaramu? Bahkan menatap mata yang teduh itu segalanya seakan luruh. Bagaimana jika nanti aku tak sanggup berbicara di ujung telepon? Bagaimana nanti kau menolak panggilanku dengan berdalih 'nanti saja' atau 'aku masih sibuk'?  Lebih baik kau mereject telponku saja kalau begitu.
Kekasihku, aku tak memilik banyak upaya untuk mencintaimu. Mampu menyayangi seorang lelaki sekali lagi pun sudah anugerah bagiku setelah sekian lama hatiku beku oleh trauma masa lalu. Mengenalmu sudah menjadi kebahagiaan yang tak terhingga dalam hidupku apalagi aku bisa mendengar kau bercerita tentang hidupmu, berbagi tawa bersama. Aku terlampau beruntung mungkin, Tuhan sungguh baik padaku aku sangat bersyukur.

Apakah kau sedang membalas kebungkamanku waktu itu? Aku diam tak berkata sedikit pun di perjalanan menuju pulang bersamamu. Bahkan berpaling tak menoleh padamu yang sedang mengemudi.

Sampailah aku pada pengantaranmu waktu itu, aku melihat dari sudut mataku kau seperti enggan berbicara kepadaku. Tak ada ucap perpisahan yang hangat malam itu, tak seperti biasanya kita saling melepas dalam senyuman. Kala itu terasa begitu hambar dan cukup menyakitkan untukku.

Maafkan aku kekasihku, aku pun tak mengerti mengapa aku senang sekali mememdam apa apa yang kurasa dan memilih diam saja sampai mimpi melahap habis perasaanku itu dan akhirnya aku terlupa dengan sendirinya. Maafkan aku kekasihku, aku tak bermaksud membuatmu tak nyaman.

"Ris, udah nggak hujan. Kamu buka aja jas hujannya." Renunganku buyar dari balik jas hujan yang mengkungkungku dalam pengan dan kenangan bersamamu yang singkat. Lalu aku menyingkap jas hujan. Aku lihat jalanan masih basah, di samping kanan kiri berulang kali ada bayanganmu muncul dimana mana. Bahkan warna mobilmu kuning pastel itu tercat mirip pada beberapa mobil yang kutemui. Oh kekasihku, aku semakin tersiksa dengan ini semua. Ingin rasanya aku menangis dan berteriak saat itu juga.

Aku berharap setelah sampai di rumah kau membalas pesanku, aku masih menunggumu. Namun tak ada sedikit pun kabar darimu. Apa yang kalian rasa ketika balasan dari orang yang kau sayang tak juga dibalas? Padahal kalian merasa sudah menyibukkan diri melumatkan waktu.Berkali kali menengok BB saat Lednya menyala dan sangat berharap bahwa itu adalah balasan dari orang yang kau sayang. Lalu kau menghempaskan BBmu begitu saja ketika pesan yang kalian terima bukan darinya. Aku seakan dipermainkan bunyi ringtone yang bukan dari kamu. Kekasihku, aku rindu.

Kekasihku, maafkan aku atas segala kebungkamanku, harusnya aku berusaha lebih keras untuk tak diam saja saat bersamamu. Aku mohon maafkan kebungkamanku. Berilah aku sedikit kabarmu atau kau ingin memaki atau memarahiku sejadi jadinya karena sikapku. Silakan kekasih, apapun itu balaslah pesanku. Robek saling diam diantara kita. Maafkan kebungkamanku kasih.

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

Load disqus comments

0 comments