Tuesday, September 22, 2015

Kau Terindah Dalam Dunia Yang Tak Selamanya Indah

Kau Terindah Dalam Dunia Yang Tak Selamanya Indah

“Hmm...habis ini ke toko bunga, nganter pesenannya Bu Erni. Terus ke toko DVD beli kasetnya Kak Rubi, habis itu ke toko buku beli novel, terus....”

Braaak....

Tas Elsa jatuh menyerakkan segala isi yang ada di dalamnya, handphonenya pun tak luput terjatuh di jalanan setapak taman itu. Ia sibuk mengingat segala kegiatan yang akan dilakukannya hari ini. Memo di handphonenya selalu setia menemani tiap waktu kehidupannya. Elsa selalu tak terima jika hidupnya dibilang selalu tertata. Ia berkata bahwa memo di handphonenya untuk mendata daftar kebahagiaan dalam hidupnya.

“Aduh, kok bisa berantakan gini sih.” Elsa ngomel-ngomel sembari bibirnya yang terus meruncing karena kesal.
“Maaf, aku nggak sengaja.”
“Iya, nggak apa-apa. Aku juga yang terlalu ceroboh. Ma...” Elsa mendongak sejenak untuk mengatakan permintaan maafnya langsung pada sorot seseorang yang telah ia tabrak. Namun kata maafnya hanya sampai pada suku kata ma saja ketika ia tersadar akan sesuatu.
“Elsa...” Orang itu nampaknya juga menyadari ada memori yang terbersit seketika ketika mereka saling beradu pandang.

Elsa hanya mampu tercengang pada seraut muka berseri yang ia jumpai dulu ketika masih tinggal di Bandung.

“Masih ingat aku kan?” Laki-laki itu nampaknya senang sekali dapat bertemu dengan Elsa.
“Deri kan?” Elsa masih ragu-ragu menyebut nama orang yang ia rasa kenal itu.
“Iya Deri, lama nggak ketemu ya Sa. Kamu sih tiba-tiba ngilang gitu. Eh, sibuk nggak. Kita ngafe yuk, mumpung aku lagi liburan disini.”

Elsa tertegun mengamati sosok teristimewa yang dulu pernah hadir dalam hidupnya itu kembali memenuhi sorot matanya. Seketika memo di handphonenya sirna lalu ia hanya mengangguk-angguk saja mengiyakan ajakan Deri.

*****

“Kamu masih suka ngafe juga Sa?”

Elsa mengangguk.

“Masih sering ngejadwalin waktu di memo HP?”

Elsa mengangguk.

“Masih suka bangun tengah malam buat makan cake cokelat?”
“Deri, yang itu juga nggak usah disebutin kan” Elsa cemberut lalu memukul bahu Deri manja.

Elsa tak menyangka orang yang dulu benar-benar membuat hidupnya indah dan penuh warna kini sedang duduk di sampingnya. Ia sempat mencuri-curi pandang memerhatikan gerak-gerik Deri meminum secangkir moccacino kegemarannya dulu yang tak berubah sampai sekarang.

“Hei, hayo...ketauan deh yang daritadi ngeliatin aku mulu’. Kagum ya sama kegantenganku.”
“Ih, Geer deh kamu.” Elsa memalingkan muka
“Kamu kemana aja sih Sa, hilang begitu aja. Aku nyariin kamu kemana-mana tau”

Raut muka Deri berubah serius.

“Tega banget sih ninggalin aku gitu aja. Setidaknya kasih kabar kek gitu.”

Kali ini mimik Deri terlihat sendu.

“Hhh...maaf Der, banyak masalah yang menderaku kala itu. Sebenarnya aku juga nggak mau pergi ninggalin kamu tapi mau gimana lagi.”

“Yaudalah, jangan sedih-sedihan gini. Aku seneng bisa ketemu kamu lagi. Kamu nggak akan ninggalin aku lagi kan. Kamu selalu jadi yang terindah di hidupku Sa.”

Deri memegang tangan Elsa penuh penghayatan. Elsa tak mengangguk juga tak menggeleng untuk menjawab pertanyaan Deri. Matanya hanya mampu berkaca-kaca. ‘Kamu memang masih yang terindah pula untukku Der.. namun kehidupan tak seindah yang kau bayangkan sekalipun kita saling memberi keindahan.’

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

Load disqus comments

0 comments