Friday, October 16, 2015

Terjaga, Menata Hati

Terjaga, Menata Hati

Hai, selamat malam...

Sudah terbiasa aku terjaga hingga larut malam begini, berbagai alasan telah menaungi tiap larut malamku.
Dan kali ini aku terjaga untuk alasan menata hati.
Ya, hatiku sudah memilih untuk jatuh padamu waktu itu pada cinta yang kau tawarkan.
Ah, apa benar cinta yang kau tawarkan padaku? Entahlah....

Ketika rintik gerimis berjatuhan hingga hujan pun datang, akhirnya aku jatuh hatiku padamu.
Ya, aku jatuh cinta kembali, kala itu aku telah jatuh hati pada pandangan pertama padamu.
Di malam penuh untaian puisi lalu kau bumbui dengan gelak tawa disana. Indah sekali.

Namun nyatanya tak semudah yang aku bayangkan pula, ada suram yang menyelimuti diriku.
Aku kira aku masih terkungkung trauma saat bersamamu namun aku berusaha keras menindas segala takut dan alasannya kamu.
Ya, engkau yang seringkali meyakinkanku bahwa apapun mampu untuk ditempuh.
Namun untuk yakin dan berusaha saja belum cukup ternyata.
Aku belum mampu merapikan sikap dan sifatku sendiri agar kau mampu nyaman bersamaku.
Mungkin karena banyak alasan yang berkelebat di otakku pun keegoisan yang berhasil merenggut perasaan.
Ternyata logika lebih mudah ditaklukkan.
Tak perlu menyangkali itu, aku mengerti kau adalah anak panah yang mengerang pada busurnya agar sampai sasaran.

Apapun itu, mungkin aku belum mampu menyelami kebahagiaan yang kau beri.
Hingga selayak balon yang dipegang gadis kecil di mendungnya angkasa.
Ia tak menangis tak juga terlihat bahagia, ia gamang.
Gadis itu lalu hanya diam di tempatnya. Termenung.
Apapun yang pernah terjadi hitungan hari ke belakang, aku akui aku bahagia.
Aku terlampau nyaman bersamamu.
Namun jika aku adalah persinggahan bagimu untuk tempat menaruh lelah sesaat kemudian kau berangkat tanpa isyarat.
Aku tak mengapa.
Lakukan saja apa apa yang akan kau tuju. Jangan hiraukan ketidakpersetujuanku.
Lagipula kau pun telah menyiapkan ketidakpedulian jauh jauh hari. Tak apa.
Mungkin lebih cepat aku mengetahui, lebih cepat pula aku menyudahi perasaanku sendiri.
Meski berkali kali rindu merangsek di hati.
Mungkin kali ini aku juga harus berkenalan dengan logika tapi tak sepenuhnya aku percaya.
Aku masih lebih percaya dengan bisikan lirih nurani, hati kecilku. Ya, perasaanku.
Ada rentetan mimpiku sendiri yang perlu aku raih, barangkali begini cara Tuhan memberi pelajaran pada gadis semacam aku.
Menjawab tanya tanya yang berbalon udara di kepala lalu memecahkannya dengan jawaban yang sangat jitu hingga tusukannya sampai ke ulu hatiku.
Tak apa. Aku tahu God is good.
Sekali lagi, kali ini aku terjaga dalam larut malam untuk sekadar menata hati.
Karena di musim yang sama hatiku jatuh pula dan kini pecah.
Entah kapan ia akan utuh dengan segera?

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

Load disqus comments

0 comments