Friday, October 2, 2015

Cahaya

Cahaya

“Aku nggak mau Rin.” Aku masih saja bersikeras berbaring di balik selimutku.
“Kenapa sih kamu itu Ca? Sudah dandan cantik juga.”
“Tapi aku malu.”
“Malu kenapa? Malu karena ada Stella dan teman-temannya diluar? Kamu kan datang di acara ulang tahun Dandi karena dia yang mengundang kamu datang ke pestanya.”
“Kalau untuk datang di pestanya aku nggak masalah Rin tapi kalau untuk...”
“Apa? Untuk nyanyi di depan umum kamu malu? Dandi sudah pernah bilang berapa kali sih ke kamu kalau dia itu paling kukuh mendukungmu, mengembangkan bakatmu, bahkan dia bersedia menjadi pengiringmu bermain gitar.” Karin terus saja mengomel

Aku hampir menangis dibuat takut sendiri oleh rasa minderku. Aku memang bukan gadis populer di sekolah seperti Stella dan teman temannya. Bahkan aku termasuk cewek kuper yang nerd banget tapi ketika Dandi menemukanku bernyanyi di sudut lorong sekolah ketika aku mengisi mading dia langsung menarikku ikut dalam bandnya. Tahu sendiri? Aku pasti menolaknya.

“Suaramu merdu Ca, ada karakter di suaramu itu. Kamu berbakat dalam bidang vokal.”

Begitu kata Dandi beberapa waktu lalu, hingga aku memberanikan diri mengikuti ekstrakulikuler grup vokal di sekolah namun apa yang aku dapat. Ejekan dan olokan dari Stella dan teman-temannya yang sama sama mengikuti ekstrakuler grup vokal. Akhirnya karena aku tak tahan terus di bully mereka, aku mengundurkan diri. Hanya Karin dan keluargaku saja yang mengetahui bahwa aku memiliki hobi menyanyi dan bermain musik. Aku sering memainkan piano kesayanganku di rumah sambil bernyanyi namun aku tak pernah mau memublikasikannya.

Pada akhirnya rasa minder mengalahkan aku untuk tidak datang ke ulang tahun Dandi. Karin marah besar padaku karena sikap maluku yang terlanjur keras kepala. Ia tak menyapaku di sekolah bahkan Dandi juga tak berpaling muka padaku ketika kami berpapasan. Oh Tuhan...begitu bodohnya aku.

Ketika istirahat aku duduk diam di sudut sekolah, ingin rasanya menangis. Apalagi radio sekolah sedang memutarkan lagu lagu mellow siang hari yang mendung begini, lengkap sudah kegalauanku.

“Ya, sebuah rekaman dari salah seorang kawan kita akan spesial kami putarkan mengisi sendu siang ini. Tapi jangan galau ya kawan-kawan.”

Terdengar suara pembawa radio di sekolah kemudian alunan musik merdu. Rupanya alat musik piano, lamat lamat aku terkejut bahwa sepersekian detik kemudian aku menyadari bahwa itu adalah laguku dan aku yang menyanyikannya. Aku sungguh terkejut bukan kepalang. Aku berlari menuju ruang radio sekolah. Lalu apa yang kutemukan?

“Hay Ca, selamat ulang tahun ya...”

Dandi dengan kue tart di tangannya bersama Karin dan beberapa guru menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku. Apa ini Tuhan? Bahkan aku sendiri lupa dengan ulang tahunku.

“Jahat kamu Ca, nggak datang di ulang tahunku. Sebagai gantinya kamu harus ikut mewakili sekolah mengikuti ajang penyanyi solo pada perlombaan bulan depan. Saatnya kamu bersinar Cahaya Asya Regita.”

Sunggingan senyum ketulusan dari seorang Dandi membuatku luluh setengah mati. Harusnya aku leburkan pula rasa malu dalam diri. Karin memelukku dan meminta maaf telah marah padaku, kita pun menangis haru.

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

Load disqus comments

0 comments