Wednesday, September 23, 2015

Wedding Bell

Wedding Bell

Kring...Kring..Kring...

“Siapa sih Dis yang ngbel-ngebel depan rumah.” Echa masih sibuk menatapi dirinya di depan cermin dengan gaun putih berenda merah jambu.
“Aldo kali’.”
“Hah? Aldo? Yang bener aja, aku nggak ada janjian sama dia.”
“Eh Cha, masa’ iya ketemuan sama calon istri masih aja pakai janji. Pikiranmu itu jangan ngantor terus dong.”
“Hih, kamu ya. Ya nggak gitu juga’ sih Dis tapi...”
“Udah-udah jangan banyak ngoceh deh, cepet ganti baju sana biar aku yang bukain pintunya.”

                *****

“Bajunya gimana Cha, sudah kamu coba kan?”
“Sudah, tadi waktu kamu ngebel pintu aku masih pakai gaunnya. Lagian kamu kenapa nggak bilang-bilang aku dulu sih kalau mau kesini.”
“Kan aku mau bikin surprise ke kamu. Yuk.”
“Loh, mau kemana?”
“Ikut aja yuk nanti juga tahu.”
“Do, kamu kok sekarang main misteriusan gini sih. Nggak suka ah.”
“Siapa yang misterius sih Echaku sayang. Ayo cepet gih buruan masuk mobil.” Aldo menggandeng tangan kekasihnya itu  menuju parkiran halaman depan rumah Echa.

Mobil itu melaju menuju sebuah restaurant yang sengaja Aldo persiapkan untuk makan malamnya bersama Echa. Ia ingin memberikan sentuhan romantis sebelum ia meminang Echa menjadi istrinya.

“Kamu tutup mata dulu ya.”
“Tuh kan, kamu kok sok misterius gini sih. Nggak suka ah aku.”
“Sayang, serius deh. Ini nggak seperti yang kamu bayangin waktu dulu.”

Echa memang sedikit trauma jika harus mengetahui kejutan dengan ditutup mata sebelumnya. Dulu pernah ia mendapatkan kejutan ulang tahun yang sangat menyeramkan dari teman-teman SMA nya. Ditinggalkan di sebuah hutan malam hari meskipun pada akhirnya memang ada kejutan manis untuknya. Namun ia tak suka gelap dan sendiri.

“Oke, tapi kamu gandeng tanganku terus ya.”
“Iya pasti sayang.”

Tapakan kaki mereka mantap menuju suatu taman.

“Itu suara apa Do?” Echa mendengar ada suara menyerupai lonceng.
“Nanti kamu tahu sendiri kok.”

Masih mereka menapaki rerumputan taman yang hijau segar.

“Surprise...”

Lonceng-lonceng warna perak bergemerincing di sekitar bangku tempat mereka akan makan. Temaram yang indah dihiasi dengan lilin-lilin kecil. Menambah romantis suasana.

“Kamu pernah bilang kan ‘Wedding Bell’ sangat berarti bagi sebuah pernikahan. Ia akan menyerukan ikrar setia kita untuk saling melengkapi. Lonceng-lonceng ini yang akan menjadi saksi pula bagaimana aku meminangmu nanti.”            

“Aldo...” Mata Echa berkaca-kaca haru. Ia tak sabar menunggu gemerincing lonceng pada hari sakral pernikahannya.

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

Load disqus comments

0 comments