Kepadamu,
Nona yang selalu hidup dikepalaku
Malam tetap saja malam. Seberapapun lampu kamu nyalahkan, tetap saja langit tak butuh alasan untuk menjadikannya benderang. Dan aku, tetap saja aku. Seberapapun banyak waktu yang kamu sediakan, tetap saja aku akan pergi bila tidak pernah ada kepastian.
Nona, seharusnya kamu tau. Bahwasannya bersikap baik kepada setiap pria itu perlu. Hanya saja yang juga perlu kamu tau, ada batasan yang memang seharusnya kamu lakukan. Sebab apa? Mungkin di antara mereka akan timbul perasaan berupa harapan. Mungkin saja diantaranya menduga bahwa hanya pada dia saja kamu melakukan hal yang istimewa. Ketahuilah persaan cinta timbul dari hal-hal yang kamu anggap sederhana sebelumnya. Dari perhatian kecil, lama-lama mereka akan pupuk menjadi sebuah kebutuhan wajib yang harus mereka dapatkan. Kemudian akhirnya timbul perasaan cinta yang mereka sendiripun tidak dapat kendalikan.
Ketahuilah pula, aku tak pernah sanggup jika seandainya perhatian yang kamu berikan untukku itu pada akhirnya memudar seiring berjalannya waktu. Aku tak siap, bahkan tak pernah berniat untuk bersiap-siap kalau saja kamu tak sesering hari ini menghubungiku lagi. Pesan singkatmu nyatanya telah menjadi kebutuhan utamaku disamping sandang, pangan, dan papan. Atau... mungkin menjadi lebih fardu' dari itu. Seperti udara yang harusnya wajib ku terima. Dan seperti candu yang bila tak ada tubuhku akan dipeluk nyilu dengan segera.
Dan seharusnya kamu mengerti pula ketentuannya, kamu harus berbaik hati untuk tidak menghalang-halangi kebahagiaan tersederhana milik ku ini. Aku mohon untuk tidak pernah mengganti display picture lini masa dengan foto senyummu dengan pria yang entah apa denganmu hubungannya. Cukup pasang foto senyum terbarumu saja. Lalu kau update status-status yang mengesankan bahwa kamu sedang bahagia. Itu saja cukup bagiku. Dan penting bagimu untuk tidak membuat postingan yang seakan-akan kau mengharapkan cinta dari seseorang yang nyatanya itu bukan aku.
Tapi mungkin mulai hari ini sepertinya aku mulai harus pasang kuda-kuda untuk berlari sekuat tenaga. Sebab aku harus menguatkan diri jikalau tiba-tiba perhatian kecilmu tak pernah lagi muncul dilayar handphoneku. Aku toh siapa? Tak pernah punya hak untuk mendapat pesan singkatmu tiap harinya. Aku pula yang harus siap-siap menelan ludah, bilamana suatu saat posisiku tergantikan dengan pria lainnya.
Aku ini lelaki. Kamu tau? lelaki itu selalu butuh kepastian. Iya memang untuk iya dan tidak jika memang tidak bisa. Aku juga tak mungkin bisa menungguimu sepanjang waktu. Maaf nona, bukan berarti aku tak sedang berusaha sekuat tenaga. Hanya saja, aku takut waktuku terbuang sia-sia. Dan barangkali diluar sana, Tuhan telah menyiapkanku seorang perempuan yang sepertinya lebih layak untuk aku perhatikan.
Maaf nona, bukannya aku pemain cinta. Hanya saja, ku tekankan bahwasannya aku butuh kepastian. Aku lebih baik mengerti pahitnya posisiku saat ini ketimbang nanti. Aku takut, jika semakin lama maka cinta akan terpupuk terlalu sempurna. Aku takut jika pada akhirnya aku melukai perasaanku dengan pisau yang bodohnya aku asah sendiri.
Maaf nona, aku ini pria yang perhatiaannya tidak ingin kamu bagi-bagi pada setiap pria yang kamu kenali
** Note :
Bukan salah orang lain jika sering terbawa perasaan, tapi seharusnya kita juga harus mencegah orang lain untuk merasa di beri kesempatan kalau kita tak pernah berusaha untuk mencintainya. Ketahuilah menunggu itu membosankan, mengharapkan itu memuakan, tapi untuk melupakan itu butuh usaha yang tak pernah bisa disepelekan.
INTAN IRA
TENTANG PENULIS:
PELAJAR/MAHASISWI
WEBSITE/BLOG: http://aksaraira.blogspot.co.id/
PELAJAR/MAHASISWI
WEBSITE/BLOG: http://aksaraira.blogspot.co.id/
0 comments